Rabu, 29 Mei 2013

Pendapatan Nasional

PENGERTIAN
   Pendapatan nasional adalah merupakan jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh  
   masyarakat dalam suatu negara selama satu tahun.
 KONSEP PENDAPATAN NASIONAL
1. PDB/GDP (Produk Domestik Bruto/Gross Domestik Product)
   Produk Domestik Bruto adalah jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh
   unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu Negara selama satu tahun. Dalam
   perhitungannya, termasuk juga hasil produksi dan jasa yang dihasilkan oleh
   perusahaan/orang asing yang beroperasi diwilayah yang bersangkutan.
2. PNB/GNP (Produk Nasional Bruto/Gross Nasional Product)
   PNB adalah seluruh nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu Negara
   dalam periode tertentu, biasanya satu tahun, termasuk didalamnya barang dan jasa yang
   dihasilkan oleh masyarakat Negara tersebut yang berada di luar negeri.
   RUMUS : GNP = GDP – Produk netto terhadap luar negeri
3. NNP (Net National Product)
   NNP adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam periode tertentu, 
   setelah dikurangi penyusutan (depresiasi) dan barang pengganti modal.
   RUMUS : NNP = GNP – Penyusutan
4. NNI (Net National Income)
   NNI adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima oleh masyarakat setelah dikurangi pajak 
   tidak langsung (indirect tax)
   RUMUS : NNI = NNP – Pajak tidak langsung
5. PI (Personal Income)
   PI adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima masyarakat yang benar-benar sampai ke 
   tangan masyarakat setelah dikurangi oleh laba ditahan, iuran asuransi, iuran jaminan
   social, pajak perseorangan dan ditambah dengan transfer payment.
   RUMUS : PI = (NNI + transfer payment) – (Laba ditahan + Iuran asuransi + Iuran jaminan 
   social + Pajak perseorangan )
6. DI (Disposible Income)
   DI adalah pendapatan yang diterima masyarakat yang sudah siap dibelanjakan oleh  
   penerimanya.
   RUMUS : DI = PI – Pajak langsung
 METODE PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
1. Pendekatan Pendatan (Income Approach)
   Pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan penerimaan (balas jasa) dari 
   faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa pada 
   kurun waktu satu tahun.
   Bentuk balas jasa dari faktor produksi :
   Tenaga kerja – upah (gaji) atau wage (w)    Tanah – sewa atau rent (r)   Modal – bunga atau interest (i)    Kewirausahaan/pengusaha – laba (keuntungan) atau profit (p)   NI = w + r + i + p  

   NI = estraktif  + agraris + industri + niaga + jasa
Jenis produksi
Nilai input
Nilai output
Nilai tambah
Kapas
Benang
Kain
Kemeja
0
5.000
7.500
12.500
5.000
7.500
12.500
20.000
5.000
2.500
5.000
7.500


45.000
20.000








   NI = E + A + I + N + J
2. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)

   Pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan seluruh penge-luaran untuk   
   membeli barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara dalam satu tahun.
   Pengeluaran yang dijumlahkan meliputi :
  - Pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk pembelian barang dan jasa  untuk  
    memenuhi kebutuhan saat ini (C)
  - Pengeluaran pemerintah  untuk membayar gaji PNS, membeli pera-latan, 
    perbaikan jalan, pembelian senjata, dll (G)
  - Pengeluaran investasi atau pembentukan modal tetap domestik bruto berupa 
    pembelian alat-alat produksi, bangunan baru, pembangunan jembatan, jaringan  
    irigasi, dll (I)
  - Ekspor neto yaitu selisih antara ekspor dengan impor (X – M)
    PDB = C + G + I + ( X – M)  
3. Pendekatan Produksi (Production Approach)
   Pendapatan  nasional  dihitung dengan  menjumlahkan  nilai  produksi barang  
   dan jasa akhir (barang dan jasa jadi) selama satu tahun.
   Penghitungan pendapatan nasional dengan cara menjumlahkan seluruh nilai produk  
   jadi yang dihasilkan suatu negara selama periode tertentu.
      Contoh menghitung pendatan nasional

Berdasar data di atas maka besarnya sumbangan empat jenis barang untuk  
   pendapatan nasional sebesar Rp 20.000 (nilai tambah) bukan Rp 45.000 (nilai 
   output).
MASALAH DAN KETERBATASAN PERHITUNGAN PDB (Pendapatan Domestik Bruto)

   a. Perhitungan PDB dan Analisa Kemakmuran
Perhitungan PDB akan memberikan gambaran ringkas tentang tingkat kemakmuran suatu  negara, dengan cara membaginya dengan jumlah penduduk (disebut PDB per kapita). Menurut PBB, sebuah negara dikatakan miskin bila PDB per kapitanya lebih kecil daripada US$ 450,00. Berdasarkan standar ini, maka sebagian besar negara-negara di dunia adalah negara miskin. Suatu negara dikatakan makmur/kaya bila PDB perkapita lebih besar daripada US$ 800.
Kelemahan dari pendekatan di atas adalah tidak memperhatikan aspek distribusi pendapatan. Akibatnya angka PDB per kapita kurang memberikan gambaran rinci tentang kondisi kemakmuran suatu negara. Misalnya, walaupun Amerika Serikat yang PDB perkapitanya US$ 29.080 (tahun 1997), namun negara itu masih terus bergelut dengan masalah kemiskinan dan pengangguran, terutama di kalangan warga kulit hitam ataupun pendatang (kulit berwarna). Bahkan secara absolut tampaknya jumlah penduduk miskin di Amerika serikat akan bertambah.
Faktor utama pemicu gejala di atas adalah masalah distribusi pendapatan.
Walaupun distribusi pendapatan di USA relatif baik, tetapi belum sempurna untuk membuat seluruh penduduknya menjadi makmur. Bahkan untuk faktor produksi non tenaga kerja, terutama uang dan modal, distribusi penguasaannya sangat buruk. Pada tahun 1996, sekitar 46% aset finansial  dikuasai hanya oleh sekitar 1% penduduk.
   b. Perhitungan PDB dan Masalah Kesejahteraan Sosial
Umumnya ukuran tingkat kesejahteraan yang dipakai adalah tingkat pendidikan, kesehatan dan gizi, kebebasan memilih pekerjaan dan jaminan masa depan yang lebih baik. Ada hubungan yang positif antara tingkat PDB per kapita dengan tingkat kesejahteraan sosial. Makin tinggi PDB per kapita, tingkat kesejahteraan sosial makin membaik. Hubungan ini dapat dijelaskan dengan menggunakan logika sederhana. Jika PDB per kapita mkin tinggi, maka daya beli masyarakat, kesempatan kerja serta masa depan perekonomian makin membaik. Sehingga gizi, kesehatan, pendidikan, kebebabasan memilih pekerjaan dan jaminan masa depan, kondisinya makin meningkat. Tapi dengan catatan, peningkatan PDB per kapita disertai perbaikan distribusi pendapatan.
Masalah mendasar dalam perhitungan PDB adalah tidak diperhatikannya dimensi nonmaterial. Sebab PDB hanya menghitung output yang dianggap memenuhi kebutuhan fisik/ materi yang dapat diukur dengan nilai uang. Sedangkan output yang tidak terukur dengan uang, misalnya ketenangan batin yang diperoleh dengan menyandarkan hidup pada norma-norma agama/spiritual tidak dihitung. Sebab, dalam kenyataannya kebahagiaan tidak hanya ditentukan oleh tingkat kemakmuran, tetapi juga ketenangan batin.
Jadi kita tidak bisa serta merta mengatakan bahwa kesejahteraan sosial di negara-negara kaya(Amerika Serikat dan Jepang) adalah jauh lebih baik dibanding di negara-negara miskin (misal Bhutan dan Nepal). Karena, tingkat kejahatan dan tingkat bunuh diri di negara-negara kaya tersebut lebih tinggi di banding negara-negara miskin.
   c. PDB Per Kapita dan Masalah Produktivitas
Untuk memperoleh perbandingan produktivitas antar negara, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
      1)Jumlah dan komposisi penduduk : Bila jumlah penduduk makin besar, komposisi-nya  
        sebagian besar adalah penduduk usia kerja (15-64 tahun) dan berpendidikan tinggi (>  
        SLA), maka tingkat output dan produktivitasnya dapat makin baik.
      2)Jumlah dan struktur kesempatan kerja :
        Jumlah kesempatan kerja yang makin besar memperbanyak penduduk usia kerja yang dapat 
        terlibat dalam proses produksi. Tetapi komposisi kerja pun mempengaruhi tingkat  
        produktivitas. Sekalipun kesempatan kerja sangat besar, tetapi semuanya adalah  
        kesempatan kerja sektor pertanian, produktivitas pekerja juga tidak tinggi. Sebab 
        sektor pertanian umumnya memiliki nilai tambah yang rendah. Jika kesempatan kerja 
        yang dominan berasal dari sektor kegiatan ekonomi modern (industri dan jasa), maka  
        output per pekerja akan relatif tinggi, karena nilai tambah kedua sektor tersebut 
        amat tinggi.
      3)Faktor-faktor nonekonomi :
        Yang tercakup dalam faktor-faktor nonekonomi antara lain etika kerja, tata nilai,  
        faktor kebudayaan dan sejarah perkembangan. Jepang pantas menjadi negara yang 
        produktif sebab selain jumlah penduduk yang banyak, berpendidikan tinggi dan umumnya 
        bekerja di sektor modern, mereka juga memiliki etika kerja yang baik, menjujung  
        tinggi kejujuran dan penghargaan tergadap senior. Dan Jepang juga merupakan negara 
        yang selama kurang lebih 3.000 tahun terus menerus membangun dirinya menjadi bangsa 
        modern, walaupun pembangunan ekonomi modernnya baru dimulai dua abad yang lalu.
   d. Penghitungan PDB dan Kegiatan-kegiatan Ekonomi Tak Tercatat (Underground Economi)
Angka statistik PDB Indonesia yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik hanya mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi formal. Karena itu, statistik PDB belum mencerminkan seluruh aktivitas perekonomian suatu negara. Misalnya, upah pembantu rumah tangga di Indonesia tidak tercatat. Begitu juga dengan kegiatan petani buah yang langsung menjual produknya ke pasar.
Di negara-negara berkembang, keterbatasan kemampuan pencatatan lebih disebabkan oleh kelemahan administratif dan struktur kegiatan ekonomi masih didominasi oleh kegiatan pertanian dan informal. Tetapi di negara-negara maju, kebanyakan kegiatan ekonomi yang tak tercatat disebabkan oleh karena kegiatan tersebut merupakan kegiatan ilegal atau melawan hukum. Padahal, nilai transaksinya sangat besar. Misalnya, kegiatan penjualan obat bius dan obat-obat terlarang lainnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar